Senin, 02 Agustus 2010

Ajaibnya Bersedekah

Siapa pun yang ikhlas dalam bersedekah, niscaya amal sedekahnya akan terbawa hingga ke liang lahat, bahkan sampai kelak di yaumul kiamat. Inilah kisah yang mewakili keajaiban sedekah karena keikhlasan dalam melakukannya di dunia.

Saat itu musim semi, Ibnu Ja’dan pergi keluar rumah untuk melihat unta-unta peliharaannya. Tiba-tiba matanya tertuju pada unta betina miliknya yang bertubuh gemuk dan siap diperah susunya. Ketika ia mendekat, tampaklah olehnya, anak unta tengah menikmati susu yang deras keluar dari kantong kelenjar susu induknya. Di tempat berbeda, ia melihat unta betina lain dibuntuti oleh anaknya. Seketika terbayang dipelupuk matanya keadaan tetangga disebelah rumahnya yang memiliki 7 orang anak, tapi kondisi ekonominya sangat memprihatinkan. Ibnu Ja’dan berkata kepada dirinya, ”Demi Allah, saya akan menyedekahkan unta ini bersama anaknya, kepada tetanggaku kerana Allah pernah berfirman, ”Kamu sekali-kali tidak sampai pada derajat kebajikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”(ali Imran:92)

Maka dibawalah unta dan anaknya kepada tetangganya. Dia mengetuk pintu sambil berucap salam. Begitu pintu terbuka dan tuan rumah melongokkan kepalanya, Ibnu Ja’dan berkata,”Ambillah unta betina ini, sebagai hadiah dariku untukmu.”
Tiada sepatah kata pun yang keluar dari bibir lelaki itu karena senangnya. Hanya dari wajahnya terpancar rasa syukur dan kegembiraan yang luar biasa. Di hari-hari berikutnya ia dan ketujuh anaknya tidak pernah kelaparan lagi karena unta betina itu menghasilkan susu yang teramat melimpah dan sepertinya tidak pernah habis meski diprah setiap hari. Lelaki itu juga memelihara anak unta itu dengan baik dan menunggu hingga besar untuk dijual. Dan dengan melalui unta tersebut Allah memberikan kesejahteraan kepada keluarga tersebut.


Musim semi pun berakhir, berganti dengan musim panas. Di mana-mana terjadi tanah retak dan terbelah. Orang-orang pendalaman mulai sibuk mencari air minum di sumur.

Suatu hari Ibnu Ja’dan mencari air kesumur bersama anak-anaknya. Karena kemarau dan air hampir kering, Ibnu Ja’dan terpaksa masuk ke dalam sumur yang sempit dan gelap, sementara anak-anaknya menunggu diatas. Entah mengapa Ibnu Ja’dan tidak lagi naik keatas. Satu dua hari berlalu, anak-anaknya tetap menunggunya. Tapi, pada hari ketiga, mereka mulai putus asa dan memutuskan untuk pulang.

”Mungkin ayah ku dipatuk ular dan sudah meninggal.” Kata salah seorang anaknya. Anak yang lain menambahkan “Barangkali ayah terhimpit bumi hingga meninggal dunia.”

Mereka semua memang mengharapkan ayah mereka meninggal, karena mereka ingin segera membagi harta peninggalannya. Setiba dirumah mereka langsung membagi harta warisan. Tiba-tiba mereka ingat kepada unta betina yang diberikan oleh bapaknya kepada tetangga sebelah. Mereka bergegas mendatangi dan berkata,”Jika kamu ingin selamat, kembalikan unta betina yang diberikan Ayah kepadamu dan terimalah unta jantan ini. Jika kamu tidak mau akan kami ambil semuanya hingga kamu tidak mendapatkan apa-apa lagi.”

”Apakah kamu tidak takut jika hal ini ku adukan kepada Ayahmu?” ancam si tetangga miskin itu.

”Silahkan saja kamu adukan, Ayah sekarang sudah mati.” Jawab anak tanpa perasaan.

”Meninggal?” mengapa saya tidak tahu dan bagaimana dia bisa meninggal?”

”Dia masuk ke dalam sumur di padang pasir dan tidak keluar lagi.”

”Kalau begitu tolong tunjukkan lokasinya dan ambillah unta betina ini. Saya juga tidak menginginkan unta jantan yang kamu bawa.”

Setelah anak durhaka tersebut menunjukkan lokasi sumur tersebut, tetangga miskin itu bergegas menuju kesana. Dia segera mengikatkan tali ketubuhnya sedangkan ujung tali yang lain diikatkan pada sesuatu diluar sumur.

Dengan hati-hati dia memasuki sumur yang licin itu. Secara samar dia mendengar rintihan. Saat sampai dipermukaan tanah, tangannya bersentuhan dengan seseorang yang merintih tersebut. Ternyata masih bernafas, setelah satu pekan berada di dalam sumur. Lelaki itu tak lain adalah Ibnu Ja’dan dibawa naik dengan mata tertutup agar tidak terkena silau matahari.

Setibanya diluar ia menyuapi Ibnu Ja’dan dengan beberapa butir kurma dan memberinya minum. Setelah itu si miskin memapahkannya ke rumah. Beberapa hari kemudian, kondisi Ibnu Ja’dan mulai membaik dan anak-anaknya belum mengetahui hal itu. Karena penasaran sang tetangga lantas menanyakan keajaiban apa yang terjadi hingga baliau bisa bertahan hidup selama sepekan di dalam sumur.

Ibnu Ja’dan menceritakan kisahnya dengan takjub,”Saat saya turun ke dalam sumur, saya terjatuh, tiba-tiba jalan yang harus saya lalui terbelah. Kemudian saya berujar kepada diri sendiri, ”Saya akan tetap tinggal di air tempat saya mengambil minum.” Dan selama di dalam, saya minum air yang di situ tanpa memakan sedikit pun. Berhari-hati saya di situ hingga airnya kering. Namun rasa lapar begitu mendera, hingga saya tak kuat lagi dan hanya terlentang pasrah. Tiba-tiba saya merasa ada tetesan susu mengalir di mulut saya.

Saya sudah mulai bisa duduk. Dan tiba-tiba lagi dalam kegelapan ada wadah yang menekan ke mulut saya. Saya meminum susu dari dalam wadah sampai puas. Begitulah, wadah itu datang 3 kali dalam sehari dan saya meminumnya hingga puas. Tapi sejak dua hari yang lalu wadah itu tidak muncul-muncul lagi dan saya tidak tahu sebabnya.”

Tetangga itu mengatakan,”Anak-anakmu mengira kamu sudah meninggal dan mereka mengambil unta betina yang dulu engkau berikan kepadaku, padahal demi Allah, engkau boleh mempercayainya atau tidak dari unta itulah Allah memberimu minum susu selama di dalam sumur. Sesungguhnya seorang muslim berada dalam naungan kesedekahannya.”

Subhanallah! Wadah berisi susu itu terhenti bertepatan dengan diambilnya unta betina itu dari tangan si miskin.

2 comments:

NewMan [Reply] mengatakan...

nais infoh gan..
lanjutkan

indo [Reply] mengatakan...

makasih mas newman,
mari kita lanjutgan.. :)

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
 
Web Informer Button